ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAANNYA SEBUAH TELAAH FILOSOFIS




Sejak dulu arsitektur sudah dipermasalahkan, apakah sebenarnya arsitektur itu? Sampai saat ini masih banyak orang mempunyai berbagai macam ragam pandangan dan pengertian yang berbeda-beda tentang arsitektur. Kebanyakan orang jika ditanya tentang asal-usul arsitektur, mungkin akan menjawab bahwa arsitektur dimulai sebagai tempat bernaung. Hal di atas dapat dikatakan wajar, karena pada kenyataannya berbagai uraian tentang arsitektur dapat kita temukan dengan berbagai macam batasan-batasan. Bahkan pada akhirnya kecenderungan arsitektur akan membahas ruang dan massa. Beberapa batasan tentang arsitektur di antaranya:
- Arsitektur adalah pemikiran yang matang dalam pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus adalah disebabkan perubahan konsep ruang.
- Arsitektur adalah penataan beberapa massa yang dengan hebat, tepat dan baik sekali digabungkan bersama dalam cahaya.
- Bentuk dan ruang adalah bukan. Arsitektur terjadi hanya bila seseorang sedang menikmati/mengalami bentuk dan ruang tersebut.
- Arsitektur adalah: 1. Seni atau ilmu bangunan, termasuk perencanaan, konstruksi dan penyelesaian dekoratif; 2. Sifat karakter atau langgam bangunan; 3. Kegiatan atau proses membangun bangunan; 4. Bangunan-bangunan; dan 5. Sekelompok bangunan.
Dengan beberapa batasan di atas menunjukkan betapa sangat luasnya lingkup pengertian arsitektur itu, dengan demikian untuk dapat mengerti arti yang tepat dan lengkap tentang istilah arsitektur yang digunakan dalam suatu pembahasan perlu untuk diketahui dalam hubungan apa istilah asitektur tersebut dipakai. Atau dengan kata lain semuanya akan tergantung dri cra kita menanggapi persoalannya.
Kalau kita ingin kembali pada kaidah semula, berarti arsitektur akan sealu memaslahkan konsep “ruang” dan “massa” bangunan, karena bagaimanapun juga keduanya akan selalu berkaitan. Meskipun pada kenyataannya kedua konsep tersebut selalu menjadi pertentangan para arsitek waktu itu. Pemikiran ruang pun sudah ada sejak filsuf Lao Tzu dan Plato. Lao Tzu bertitik tolak dari dasar filsafat TAO (The way of becoming) menekankan, “yang tiada itu, adalah yang utama dalam membuat sesuatu bentuk nyata”, sedangkan Plato mendasarkan filsfatnya pada kenyataan bahwa “hanya sesuatu yang dapat diraba yang dianggap nyata”. Kalau kita simak ini hanyalah merupakan perbedaan pendpat antara filsafat Timur dan Barat, hanya untuk arsitektur Barat banyak ditekankan pada tata massa bangunannya, sedangkan arsitektur Timur banyak ditekankan pada tata ruangnya.
Dari sejarah filsafatnyapun sudah nampak jelas perbedaan sikap terhadap alam. Barat melawan atau menguasai alam sedang Timur adalah kesatuan dan harmoni dengan alam. Hal inipun juga didukung oleh pendapat To Thi Anh yang menyatakan bahwa, “Seni lukis dan arsitektur dapat berbicara lantang mengenai para Taois akan harmoni dengan alam. Kuil-kuil, rumah tidak didirikan terpisah dari pemandangan alam. Mereka menempel dikaki bukit, di bawah pohon, menyatu dengan lingkungan. Beberapa menara pagoda dengan atapnya yang melengkung sangat harmonis dengan alam sekitar”. Kita dapat mengatakan bahwa wadah arsitekturpun telah dipikirkan sebelum mereka membangun, hakekat alam diceriterakan sebagai manifestasi dari kehidupan manusia. Arsitektur merpakan satu metafora yang di pandang sebagai mikrokosmos, sedangkan dunia fisik mencerminkan dunia keabadian.
Arsitektur membuat makna-makna yang nyata dalam penyelesaian ungkapannya, baik dari dalam keluar maupun dari luar ke dalam. Berpedoman pada aturan-aturan yang tersusun sebagai elemen-elemen, yang ditempuh di antara bumi dan langit memberikan porsi tersendiri untuk mengungkapkan dirinya. Arsitektur selalu menampilkan aspek-aspek proporsi, keindahan, massa, ruang, warna, bidang, garis, kedalaman, kesatuan, dan sebagainya dalam pengembangannya. Kalau kita memahami seluruh aspek-aspeknya, pastilah arsitektur akan menyinggung seni bangunan karena pada waktu itu arsitektur masih dianggap sebagai seni. Tetapi yang terpenting dari hal tersebut adalah, ke arah mana dan ke mana semua seni bangunan dikembangkan. Dalam arti yang luas arsitektur memang dapat dilihat secara demikian, tetapi arsitektur tidak dapat dimengerti secara baik tanpa kaitan dengan sejarah. Sejarah merupakan unsur dasar bagi arsitektur, bukan sebagai kekuatan fisik bangunan yang menakutkan, namun sebagai satu unsur yang sangat dinamis yang dapat mempengaruhi dan membentuk kelestarian lingkungan. Sepanjang sejarah arsitektur selalu merefleksikan wujud fisiknya yang dipakukan oleh umus-rumus ilmu pengetahuan dalam perjalanannya.
Pada dasarnya arsitektur (bangunan) mempunyai fungsi utama dan sekunder. Bukan berarti perbedaan ini mempunyai arti yang besar di dalam bangunan tersebut, tetapi kedua hal itu harus merupakan satu keseimbangan. Fungsi banyak memegang peran di dalam perkembangan arsitektur, oleh karena penilaian arsitektural sering dan banyak dilakukan melalui fungsi arsitekturalnya. Namun arsitektur sebaiknya tidak hanya dapat memberikan konotasi sesuatu ideologi fungsi tertentu, tetapi juga harus dapat memberikan konotasi yang lainnya. Di dalam perjalanan kedua fungsi ini dapat mengalami penambahan maupun pengurangan, dan hal itu memang biasa dalam perkembangan satu bentuk pada umumnya. Sebagai contoh suatu perubahan fungsi yang disebabkan pergantian generasi ke generasi berikutnya, maupun karena suatu perjalanan sejarahnya dapat dilihat sebagai berikut:
1. a. Fungsi utama hilang.
b. Fungsi sekunder tetap.
Contohnya: peninggalan beberapa candi, fungsi utamanya sebagai tempat ibadah sudah hilang tetapi konotasi simbolik dari candi tersebut masih ada.
2. a. Fungsi utama tetap.
b. Fungsi sekunder hilang.
Contohnya: lampu antik, tidak lagi digunakan sebagai lampu minyak tetapi sebagai unsur estetik dalam ruang.
3. a. Fungsi utama hilang.
b. Fungsi sekunder hilang.
Contohnya: piramida, tidak lagi menjadi makam. Simbol astrologi dan geometrik sebagai konotasi efektifitas Mesir kuno sudah hilang tapi diganti dengan fungsi obyek turis.
Jika hal tersebut di atas kita lanjutkan lagi maka masih banyak kemungkinan lagi yang dapat ditemukan. Begitupula mengenai konotasi akan dapat membuka berbagai penilaian mengenai arsitektur.


Author » zul
Post Title » ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAANNYA SEBUAH TELAAH FILOSOFIS
Post Url » http://www.zulmaseke.web.id/2010/12/arsitektur-dan-kebudayaannya-sebuah.html
Time » Jumat, Desember 03, 2010
Responds » 0
Labels »

Artikel Terkait:

Posting Komentar
 

About Me

foto saya
Im Zulkiliyanto M. From Gorontalo North Sulawesi, I am a simple interested in new and useful things, hopefully get a new experience to innovate to create more advanced. Sharing is fun.[...]

Pengikut

Visitor


free counters